Tuesday, May 25, 2021

 Penglukatan Tirta Campuhan Pitu


Om Awignamastu Namah Sidam...

        Penglukatan berasal dari kata "lukat" yang berarti lebur/ menghilangkan yang dalam hal ini adalah menghilangkan segala energi negatif dengan harapan jiwa kita lebih bersih dan lebih mampu menemukan kebahagiaan sejati. 

        Jika kita bicara tentang Ubud, tidak akan habis rasa kagum dengan keindahan tempat ini dan sungguh luar biasa ketika saya menemukan tempat bernama Manuaba Waterfall atau Tirta Campuhan Pitu yang berada di Kenderan Village. Dikenal dengan Campuhan pitu karena merupakan campuhan/campuran dari 7 Tirta (air suci) antara lain

1. Tirta Sangku

2. Tirta Sudamala

3. Tirta Sambung Dawa

4. Tirta Bulan

5. Tirta Gringsing

6. Tirta Lindung Wesi 




Jalan disini sudah bagus dan sangat aman buat segala umur. selain anda mendapat udara segar yang penuh dengan oksigen anda juga mendapatkan pemandangan air terjun yang sangat indah dengan air kelebutan (Holy Water didepan air terjun). Namun dikarenakan ini adalah areal yang disucikan mohon untuk menjaga kebersihan, tingkah laku dan ucapan bahkan pikiran anda.

Nunas (Mohon) Tirta Klebutan (Holy Water)

          Anda bisa melihat perjalanan saya selengkapnya dalam video Youtube https://youtu.be/W90q4dQFT_I. Terimakasih dan sampai ketemu pada tempat-tempat suci dan indah pada video dan blog selanjutnya. Salam Rahayu, Rahayu Sagung Dumadi. 

Om Santi Santi Om

Wednesday, January 31, 2018

Pura Pemuteran dan Pura Bukit Kursi

Pura Pemuteran

Perjalanan SDT kali ini memilih untuk bergabung bersama Sekaha BINTAK yang dibentuk oleh Bunda Netri. Setelah berkoordinasi akhirnya kami memilih Pura yang berlokasi di Pemuteran, Gerogak, Buleleng. 

Pagi itu sangatlah indah dan cerah ketika kami sampai di Pura Pemuteran. Kami menuju Beji untuk melukat sebelum melakukan persembahyangan. 

Aura magis Pura ini sudah dirasakan oleh penulis saat baru memasuki areal Pura. Terbukti saat alunan mantra dan merdunya kidung yang dilantunkan mampu menggerakan tangan penulis untuk menari dengan sendirinya. Kondisi trance ini  sangat disadari oleh penulis sebagai suatu berkah tersendiri. 

Pura Batu Kursi 
Setelah selesai melakukan persembahyangan di Pura Pemuteran kami menuju Pura Bukit Kursi.
Menuju Pura Bukit Kursi

Selain tempatnya yang sangat indah, jalan menuju kesanapun sangat memanjakan mata dan menyejukan jiwa. Hanya butuh waktu 30 menit dalam menaiki 700 tangga menuju puncak bukit Batu Kursi ini. Pemandangan alam yang didominasi oleh warna hijau dan limpahan oksigen murni ini sungguh menyehatkan.

Sedangkan saya yang biasanya menelusuri sejarah kali ini tidak mampu untuk fokus kepada keindahan tempat ini dikarenakan besarnya aura yang menghampiri saya. 

Lagi-lagi ketika Jro Mangku mengalunkan mantra dan beradu dengan indahnya kidung dari Pemedek, saya merasakan kekuatan yang mengajak saya untuk menghaturkan sebuah tarian. Dan saya sangat bersyukur bisa menerima anugerah beliau untuk ikut dalam persembahan ini.

Pura indah ini sebenarnya baru disadari keberadaannya oleh pelaku spiritual bernama Jro Wayan Cara pada tahun 1984. Batu yang berbentuk kursi ini berdiameter sekitar 20 meter dan berbentuk kursi.

Konon di pura ini berstana Bhatara Lingsir Bagawan Cakru Geni yang masih ada hubungannya dengan Pura Pucak Manik. 

Demikian tulisan kami, jika masih terdapat banyak kekurangan, penulis mohon maaf sebesar-besarnya karena kurangnya pengetahuan kami.

Dan tidak lupa kami ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, dnl, Gusti Engkang Moho Suci dnl ISHW atas kehendak MU terhadap kami.

Telp Mangku Bukit Batu Kursi 
Jro mangku dayuh
085237652654

Friday, May 13, 2016

Sanjiwani Pelukatan, Nusa Penida

Perjalanan SDT ke Pura Tap Sai sangat istimewa, dikarenakan tempat yang kami kunjungi sangat indah juga membawa kami bertemu dengan seorang pemangku. Kami lupa namanya, hanya kami ingat karena kami mendapat teguran bahwa : "Tujuan orang metirta yatra bukanlah untuk foto-foto". "Jika adik-adik ingin mendalami dunia spiritual, cari tempat melukat dan pura di dalam tanah (gua), diatas tanah (pancoran jika merupakan tempat melukat) dan di puncak, masing-masing 5 tempat." 

Saya tidak tahu tujuan masing-masing SDT, namun sebagian besar dari kami tidak lebih dari perjalanan menuju pembelajaran agar lebih mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan dalam hidup kami. Alam yang indah, kecukupan dalam hidup kami, pekerjaan dan teman-teman yang luar biasa menjadi doa kami dalam renungan setiap perjalanan kami ketempat suci. Dan kami memaknai melukat merupakan usaha untuk pembersihan diri menggunakan energi alam dengan harapan energi negatif akan dibersihkan. 

Kembali lagi ke tempat melukat berikut ini merupakan salah satu yang berada dibawah gua. Lokasinya berada tidak jauh dari Pura Dalem Peed. Kearah kanan sebelum Puncak Mundi, Nusa Penida, Bali.

Anda bisa bertanya kepada penduduk Genah Melukat Sanjiwani ini. Tempatnya indah, pantainya bersih dan sangat menenangkan. Ada villa yang sedang dibangun dengan view menghadap ke pantai saat itu. Benar-benar luar biasa tempatnya. Diatas tempat melukat ada pohon kepuh yang sangat besar. Disini tempat anda mengaturkan pejati. Setelah itu anda bisa menuruni bebatuan untuk sampai ke lokasi. Entah karena jalan yang kami tempuh lumayan jauh dari tempat parkir atau apa, yang jelas kedua kaki saya terasa sangat panas waktu berada disini.
Menikmati segarnya Klembutan/air sumber

Tuesday, May 3, 2016

Pura Medang Kemulan

Pura indah tujuan SDT ini terletak di Desa Mondoluku, Dusun Buku, kecamatan Wringinanom, Gresik Jawa Timur. Pura ini dapat ditemukan dengan mudah dengan Google Map ataupun waze.
Perjalanan ini kami sebut dengan perjalanan acak, tanpa rencana sama sekali. Kami berangkat jam empat pagi dengan penerbangan paling pagi. Dari Juanda kami hanya menempuh perjalanan selama 1,5 jam ke Gresik dengan menggunakan sepeda motor. Sesampainya di Pura, rasa harupun menyeruak. Pura asri, luas dan megah sungguh membuat kami terpesona.
Kami diterima dengan baik, sangat baik malah oleh Jero Sepuh. Ramah tamah, hidangan pisang goreng dan teh ala Medang Kemulan pun dihidangkan untuk menambah semangat kami. Sejarah Pura yang terlahir dari konsepsi dan tatanan para leluhur yang dicetuskan dengan keyakinan penganut ataupun umat yang ada di Desa Mondoluku Dusun Buku ditandai pada kesetiaan (SETIA) umat yang bertahan sebanyak 7 kepala keluarga sampai dengan melaksanakan selalu kebajikan dan kebenaran (DHARMA) untuk bertahan dari segala cobaan ataupun diskriminasi lingkungan yang sangat hebat walaupun kondisi umat yang SDM-nya sangat rendah dan mereka mampu melaksanakan kegiatan Yadnya dengan tulus ikhlas hingga pura tersebut bisa bertaha (BHAKTI). Dari hal tersebut diatas, yang menjadi pedoman ataupun cikal bakal berdirinya Pura Penataran Luhur Medang Kamulan adalah semboyan yang dicetuskasn oleh para leluhur kepada umat yang ada di Desa Mondoluku yaitu Satya Dharma Bhakti melalui nama puranya.
Sebelum melakukan persembanyangan kami melukat. Percaya tidak percaya, saya menyaksikan sendiri dimana orang yang terkena sakit karena ilmu hitam  akan bisa dinetralisir dengan kekuatan doa atas ijin Tuhan Yang Maha Kuasa.
Setelah melukat kita akan dipandu untuk melakukan persembahyangan di Lingga Yoni, kemudian sungkeman kepada Tiga Mpu yang sangat berjasa pada sejarah Hindu di Nusantara tercinta.
Setelah itu kami melakukan persembahyangan di Penataran pura Medang Kemulan dengan sangat khusyuk. Penyatuan ego, kepasrahan akan hidup, penyerahan seutuhnya kepada Yang Kuasa dan wanginya dupa menyatu padu membuat semuanya berarti bahwa semua akan lebih baik.
Semua ini ditutup dengan sumkem kepada Ken Dedes, ibu Pertiwi. Ucapan syukur, menikmati setiap momen indah dalam hidup sungguh menguatkan rasa saat itu.
Suksma Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan bimbingan MU. Kami benar-benar larut dalam kepasrahan dan rasa syukur yang amat dalam.
Add caption


Tuesday, April 5, 2016

Pura Mobil Nusa Penida

Hari kedua SDT berada diNusa Penida, setelah melewati malam panjang di Pura Dalem Ped dan Pura Dalem Bungkut dalam suasana mencekam. Kurang istirahat dan kurang tidur. Namun semuanya terbayar ketika pagi hari kami menikmati indahnya pagi di kebun salah seorang warga. Kopi, pisang goreng dan pemandangan desa dengan suara binatang seperti kambing, babi, sapi dan ayam sungguh menyegarkan. Setelah mandi kami dari Pura Dalem Bungkut sepakat menuju Pura Mobil dan berencana membeli sarapan di perjalanan. 
Namun, sepanjang perjalanan kami tidak menemukan satupun pedagang makanan, hingga kami benar-benar kelaparan. Jalan yang rusak berat, laut dan jurang terpampang didepan kami. Mengendarai sepeda motor terasa seperti naik rodeo karena jalan yang rusak parah.
Setelah kira-kira 3 jam menempuh perjalanan, semuanya seperti terbayar, kami menemukan pohon juwet yang berbuah lebat, hitam-hitam dan manis, cukuplah untuk mengganjal perut kami. Namun dari semuanya itu, pemandangan pantainya benar-benar sangat memukau dan membuat jiwa benar-benar tenang. Saat itulah, saat mendalam rasa syukur kami karena diberkahi waktu dan kesehatan untuk menyaksikan langsung kepingan Syurga yang jatuh kebumi.
Indahnya pantai sepanjang Pura Mobil

Mobil klasik yang paling banyak digemari jenis mobil Volkswagen Beetle atau yang lebih dikenal VW Kodok dan mobil Jimny. Hingga sekarang, mobil jenis ini masih diminati dan digemari karena bentuknya yang imut dan unik. Mobil VW dirancang oleh seorang insinyur otomotif berkebangsaan Austria bernama Ferdinand Porsche. Mobil ini berasal dari Jerman yang diproduksi mulai tahun 1938-2003. Sedangkan mobil Jimny diproduksi oleh perusahaan industri otomotif Suzuki dan dibuat pertama kali pada tahun 1970. Namun, di Bali tepatnya di Banjar Karang Dawa, Desa Pakraman Dwi Kukuh Lestari, Nusa Penida terdapat pelinggih yang terbuat dari batu padas berbentuk mobil Volkswagen Beetle (VW Kodok) dan mobil Jimny di Pura Paluang.
Keberadaan Pelinggih mobil ini diyakini masyarakat setempat sudah ada sejak zaman dahulu sebelum kedua jenis mobil tersebut diproduksi. Menurut Jero Mangku I Wayan Suar, Pemangku Pura Paluang mengatakan keberadaan pelinggih mobil tersebut diketahui sudah ada pada awal tahun 1900-an. “Pada tahun itu di Nusa Penida belum ada mobil, masyarakat disini tidak tahu bentuk mobil itu seperti apa. Apalagi akses jalan disini dulu masih jalan setapak, tidak bisa dilalui mobil,”. Menurut Beliau memang tidak ada prasasti terkait mengenai sejarah keberadaan Pura Paluang. “Bahkan dari beberapa penuturan orang-orang yang sudah sepuh saya mendapat informasi kalau pura ini diperkirakan ada sejak 300 tahun yang lalu,”. Semua informasi mengenai pura ini berdasarkan cerita para orang-orang tua terdahulu.
SDT 2015
PURA TERUNIK VERSI SDT

Sunday, March 27, 2016

Pura ER JERUK

Pura Yang memiliki nilai kesakralan yang tinggi. Meskipun pura ini terletak di sebelah jalan raya, namun nilai magis nya sangat terasa, terbukti bahwa saya mendengar suara jauh gamelan yang melantunkan tembang anak "Curik-curik" namun hanya beberapa detik sebelum akhirnya menghilang.

Banyak fungsi dimiliki Pura Er Jeruk. Selain sebagai pura subak, juga diyakini menjadi tempat tepat memohon anak. Agar suami istri punya keturunan.

Daun kampuak (sejenis pohon jambu hutan) yang tumbuh subur di areal jeroan (halaman paling dalam), memiliki lingkar batang lebih dari tiga meter, sangat menyejukan kami saat SDT tangkil ke Pura Er Jeruk. SDT sebenarnya tidak sengaja untuk tangkil ke pura ini, karena perjalanan tirtayatra kami berawal di Goa Gong Jimbaran. Dan melenceng jauh ke Sukawati. Namun begitulah perjalanan kami yang mugkin sudah dikehendaki oleh Ida, karena Letak Pura Er Jeruk berada di wawengkon Banjar Gelumpang, Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Pura ini termasuk pura Sad Kahyangan.

Er Jeruk. Pura yang berjarak kurang lebih 200 meter dari jalan raya Tohpati – Kusamba itu, memang sering ‘diserbu’ warga Hindu . Bukan saja warga Sukawati, juga banyak dari berbagai pelosok daerah di Bali dan luar daerah.
Patung Suci Ratu Brayut Dari Batu Padas

Kedatangan mereka tentu memiliki berbagai kepentingan. Ada yang mohon keselamatan supaya tanaman di huma tumbuh subur, sekadar ingin sembahyang, dan ada pula khusus datang guna mohon keturunan.
Pura Tepat Untuk Memohon Keturunan

Saturday, March 12, 2016

Pura Kancing Gumi

Salah satu Tempat dasyat untuk Meditasi. Pura yang megah dan indah, sejatinya menjadi salah satu pura yang memegang arti penting dalam bentang kosmologi-spiritual Bali. Seperti namanya, pura ini merupakan kunci yang menentukan kestabilan Pulau Bali bahkan dunia. Karenanya, di kalangan warga Desa Adat Batu Lantang, pura ini diyakini sebagai penekek jagat (penguat atau penjaga stabilitas dunia).
Memang, ihwal kelahiran Pura Kancing Gumi dikaitkan dengan mitos masa-masa awal terjadinya Pulau Bali yang tidak stabil. Sebagaimana ditulis dalam sumber-sumber susastra tradisional seperti lontar atau pun purana, awalnya keadaan Pulau Bali dan Lombok sangatlah labil juga sepi tanpa penghuni. Ibarat perahu tanpa pengemudi, keadaan pulau ini oleng tidak menentu arahnya.
Keadaan ini membuat Batara Hyang Pasupati kasihan dan ingin menstabilkannya. Kala itu di Bali baru terdapat empat gunung yakni Gunung Lempuyang di timur, Gunung Andakasa di selatan, Gunung Batukaru di barat dan Gunung Beratan di utara. Akhirnya, untuk menstabilkan Pulau Bali, Hyang Pasupati memotong puncak Gunung Semeru di Jawa Timur dan menancapkannya di Pulau Bali dan Lombok. Keadaan Pulau Bali dan Lombok pun stabil.
Selanjutnya, dalam Dewa Purana disebutkan, setelah keadaan Pulau Bali stabil, Bhatara Hyang Pasupati menyebarkan amertha berupa lingga-lingga. Sebagai pacek (pancang) gumi Bali ditancapkan sebuah lingga di sebuah pebukitan yang belakangan dikenal dengan nama Batu Lantang. Lingga itulah kemudian dikenal sebagai Hyang Gunung Alas atau Hyang Kancing Gumi. Sumber-sumber sejarah menyebutkan, sebelum dikenal istilah pura di Bali lebih dikenal istilah hyang.
ah dan lain daripada yang lain. 
Yang lebih istimewa lagi, di Pura ini kita akan bertemu dengan Jro Mangku yang sangat menyenangkan. Hidangan kopi, abu hitam dari Lingga akan dihiaskan di dahi sesudah kita oleskan di lidah, membuat kami merasa sangat senang.
Bakta Siwa sungkem kepada LINGGA YONI