Salah satu Tempat dasyat untuk Meditasi. Pura yang megah dan indah, sejatinya menjadi salah satu pura yang memegang arti penting dalam
bentang kosmologi-spiritual Bali. Seperti namanya, pura ini merupakan
kunci yang menentukan kestabilan Pulau Bali bahkan dunia. Karenanya, di
kalangan warga Desa Adat Batu Lantang, pura ini diyakini sebagai penekek
jagat (penguat atau penjaga stabilitas dunia).
Memang, ihwal kelahiran Pura Kancing Gumi dikaitkan dengan mitos masa-masa awal terjadinya Pulau Bali yang tidak stabil. Sebagaimana
ditulis dalam sumber-sumber susastra tradisional seperti lontar atau
pun purana, awalnya keadaan Pulau Bali dan Lombok sangatlah labil juga
sepi tanpa penghuni. Ibarat perahu tanpa pengemudi, keadaan pulau ini
oleng tidak menentu arahnya.
Keadaan ini membuat Batara Hyang Pasupati kasihan dan ingin
menstabilkannya. Kala itu di Bali baru terdapat empat gunung yakni
Gunung Lempuyang di timur, Gunung Andakasa di selatan, Gunung Batukaru
di barat dan Gunung Beratan di utara. Akhirnya, untuk menstabilkan Pulau
Bali, Hyang Pasupati memotong puncak Gunung Semeru di Jawa Timur dan
menancapkannya di Pulau Bali dan Lombok. Keadaan Pulau Bali dan Lombok
pun stabil.
Selanjutnya, dalam Dewa Purana disebutkan, setelah
keadaan Pulau Bali stabil, Bhatara Hyang Pasupati menyebarkan amertha
berupa lingga-lingga. Sebagai pacek (pancang) gumi Bali ditancapkan
sebuah lingga di sebuah pebukitan yang belakangan dikenal dengan nama
Batu Lantang. Lingga itulah kemudian dikenal sebagai Hyang Gunung Alas
atau Hyang Kancing Gumi. Sumber-sumber sejarah menyebutkan, sebelum
dikenal istilah pura di Bali lebih dikenal istilah hyang.
ah dan lain daripada yang lain.
Yang lebih istimewa lagi, di Pura ini kita akan bertemu dengan Jro Mangku yang sangat menyenangkan. Hidangan kopi, abu hitam dari Lingga akan dihiaskan di dahi sesudah kita oleskan di lidah, membuat kami merasa sangat senang.
Bakta Siwa sungkem kepada LINGGA YONI |